Kamis (09/02/2023) Kerjasama MoU dan MoA Universitas Medan Area dengan Kompas dan Fakultas ISIPOL UMA dengan Kompas serta pelaksaan Talk Show dengan tema "Hati-Hati Tersesat di Labirin Informasi" di Convention Hall lantai 3 Gedung Rektorat Kampus 1 UMA.
Kegiatan ini yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Medan Area (Fisipol UMA) ini bekerjasama dengan Harian Kompas dan Kompas.id dalam rangka memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 yang terpusat di Kota Medan.
Turut hadir dalam kegiatan ini Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi Dr Ihsan Effendi, SE., M.Si; Marcomm & Community Manager Tarrence K. Palar; Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dr Effiati Juliana Hasibuan, M.Si; dan Wakil Dekan III Bidang Inovasi, Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Dedi Sahputra, M.A; serta Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Agnita Yolanda, B.Comm, M.Sc, CPSP.
Adapun kata sambutan Rektor UMA Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, M.Sc mengatakan, masyarakat harus pandai memilah dan memilih informasi, terlebih pada era media partisan seperti sekarang ini.
Untuk itu, Rektor UMA berterima kasih kepada Kompas sebagai media tertua dan terbesar di Indonesia, mau membagikan tips dan trik agar tidak terjebak dalam labirin informasi yang berkelok-kelok ini.
“Kegiatan ini menarik untuk diikuti tidak hanya oleh Mahasiswa Ilmu Komunikasi, tapi juga seluruh mahasiswa, karena kita tidak akan terhindar dari yang namanya informasi. Oleh karena itu, kita harus hati-hati terjerat UU ITE, karena hoaks sekarang,” ucap Dadan.
Adapun paparan dari Narasumber Redaktur Pelaksana (Redpel) Kompas Adi Prinantyo mengatakan persentase pengguna internet di Indonesia sangat tinggi, yakni sebanyak 191,4 juta jiwa, dan media yang paling banyak digunakan adalah WhatsApp. Tapi pada saat yang sama kepedulian terhadap misinforasi masih rendah.
“Orang Indonesia termasuk sembilan besar dunia yang paling sering menggunakan internet, walaupun pendapatan mereka rendah, namun tingginya tingkat penggunaan internet oleh masyarakat itu tidak sebanding dengan kepedulian kita pada miss informasi,”
Adi menyebutkan, alih-alih melesat karena perkembangan teknologi, ketidakpedulian kita pada misinformasi malah menyebabkan kita tersesat dalam berita hoaks atau fake news.
Seharusnya menurut wartawan yang sudah berkiprah selama 22 tahun ini, tingkat literasi masyarakat Indonesia juga harus berkembang, sebagaimana e-commerce yang terus berkembang.
“Perkembangan e-commerce terus berkembang. Terlebih di tengah pandemi kala itu, kita dipaksa berkembang. Uang elektronik dari tahun ke tahun juga terus meningkat,” paparnya.
Berdasarkan Hasil Survei Litbang Kompas April 2021, mantan Wartawan Suara Merdeka di Semarang ini juga memerinci dampak yang misinformasi timbulkan, seperti: 1) Mengganggu relasi keluarga dan orang lain; 2) Membuat kebingungan dan ketidakpastian; dan 3) Membuat perpecahan di masyarakat, baik itu akibat pemberitaan yang menyangkut ujaran kebencian bernada SARA dan perbedaan pilihan politik.
“Kompas pernah memuat investigasi ini, tentang orang yang mengeruk keuntungan dan mayoritas korbannya perempuan, dan sampai sekarang belum tersentuh hukum. Itu salah satu fakta komunikasi menjadi semu. Disinfodemi Covid-19; menolak vaksin karena percaya hoaks, karena keterbelahan politik, demokrasi terancam,” ungkapnya.
Baca Juga :